WELCOME TO RANAH PRODUCTION

Kami akan mengkreasikan berbagai event yang anda inginkan sekeren mungkin.
> Party Event
> Gathering Event
> Wedding Event
> Music event
> ETC

Selasa, 26 Januari 2010

BERAPAT


Rabu, 20 Januari 2010

MENCERMATI SEBUAH EO

MENCERMATI SEBUAH EO



Tulisan dibawah ini, merupakan copy paste dari sebuah blog tetangga yang memberikan trik, tips dalam memilih sebuah EO untuk mengkreasikan acara yang akan dilaksanakan berdasarkan pengalamannya waktu menyewa sebuah EO Company untuk acaranya.
Saya sengaja share di blog untuk untuk menjadi sebuah pengalaman, dan syukur syukur menjadi sebuah acuan saudara dalam memilih sebuah EO untuk acara yang saudara butuhkan.


Untuk mengatur pelaksanaan sebuah acara sehingga bisa berlangsung sebagaimana mestinya, pada umumnya penggagas acara akan menggunakan jasa event organizer (EO) untuk mengatur segalanya, termasuk penyewaan alat musik dan penyewaan sound system. Mulai dari acara perlombaan hingga pesta pernikahan. Dan jumlah event organizer yang beredar di Indonesia pun sangatlah banyak. Tapi bagaimana caranya memilih EO yang baik? Berikut ini beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam memilih berdasarkan pengalaman gw berhubungan dengan EO ‘geblek‘:

1. Memiliki Konsep Holistik Acara
Sebelum sebuah acara dilaksanakan, setiap pihak terutama EO harus memiliki konsep yang benar dan menyeluruh terhadap acara yang akan dilaksanakan, termau=suk tentang penyewaan alat musik dan penyewaan sound system. Setelah pihak penggagas acara menjabarkan gambaran umum mengenai acara yang akan digelar, sebaiknya calon EO yang akan ditunjuk telah menghasilkan sebuah konsep mendetil dan dapat menggambarkan lebih rinci mengenai persiapan hingga action plan yang akan dilakukannya. Dari sini kita bisa melihat apakah EO tersebut menguasai bidangnya atau tidak.

2. Memiliki SDM yang Memadai
EO yang baik setelah memiliki konsep yang lengkap mengenai acara, mereka harus dapat menjamin bahwa mereka memiliki SDM yang memadai baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Memang SDM yang dimaksud ini tidak harus 100% adalah tim dari EO yang bersangkutan, sangat dimungkinkan untuk outsource. Hanya saja kepastian jumlah dan kualitas yang diperlukan haruslah dijamin oleh sang EO. Jangan sampai acara berlangsung dengan kekurangan SDM yang pada akhirnya sang penggagas acara harus turun tangan sendiri dan mengerahkan tenaga tambahan internalnya. Pemilik konsep dan uang harus dipisahkan dari tim pelaksana. Kalau pemilik uang juga yang melakukan eksekusi, untuk apa menyewa jasa EO?

3. Portofolio
Klise memang jika kita membicarakan poin yang satu ini. Tapi bagaimana pun juga portofolio sebuah EO akan menunjukkan kemampuan sebenarnya dari EO yang bersangkutan. Termasuk di dalamnya referensi dari para klien EO tersebut yang mera puas dengan hasil kerjanya. Jangan sekali-kali memilih EO yang tidak jelas asal muasalnya, atau bahkan EO yang pernah berbuat kesalahan yang sangat fatal.

Untuk Anda yang sedang atau akan bergerak di usaha bidang jasa yang satu ini, hendaknya baik-baik menjaga kredibilitas nama baik Anda dan profesionalisme kerja sebelum kegagalan Anda dapat menghancurkan Anda dan karyawan Anda sendiri. Dan untuk Anda yang akan menyewa jas EO, ingatlah hukum ini : “Ada Uang Ada Rupa!“

Senin, 18 Januari 2010



GAYA KERJA KEPEMIMPINAN
DAN NEGOSIASI DALAM ORGANISASI *)


A. GAYA KERJA

Latar Belakang
      Dalam manajemen organisasi dan kepemimpinan kita selalu akan dihadapkan dengan berbagai tipe gaya kerja yang ditampilkan seorang pemimpin dalam menghadapi orang lain. Gaya kerja tersebut terutama akan ditampilkan oleh seseorang ketika dia melakukan negosiasi dengan pihak lain dalam membicarakan sesuatu. 
 Gaya kerja seorang pemimpin berbeda satu dengan lainnya. Ada pemimpin yang gaya kerjanya semau gue, suka melayani, memerintah, yang penting mengikuti hukum dan peraturan serta mempergatikan kepentingan bersama.  Kemampuan kita dalam memahami tipe gaya kerjanya niscaya akan mendukung keberhasilan kita dalam mengkomunikasikan gagasan yang ingin kita sampaikan atau maksud yang ingin kita capai dalam sebuah negosiasi.
 Dengan demikian, pemahaman dan penguasaan mengenai berbagai gaya kerja seorang pemimpin dan strategi bernegosiasi akan membantu para aktivis organisasi dalam mencapai tujuan dan dalam melaksanakan program kerjanya.      

Lima Pola Dasar dalam Berhubungan dengan Orang Lain:
  1. Menganggap orang lain adalah “pembantu” untuk menyelesaikan pekerjaan/ kepentingannya.
  2. Menganggap bahwa dirinya adalah “pembantu” orang lain untuk mencapai kepentingan orang lain itu.
________________
  1. Menganggap bahwa dirinya dan orang lain adalah pribadi yang berdiri sendiri yang tidak saling tergantung satu terhadap lainnya.
  2. Menganggap bahwa dirinya dan orang lain  itu bersama-sama harus memikirkan kepentingan pihak lain dengan memperhatikan peraturan atau hukum yang berlaku.
  3. Menganggap bahwa dirinya dan orang lain itu adalah mitra kerja yang saling memiliki kepentingan yang tergantung satu dengan lainnya, dan karenanya dirinya harus dapat bekerja sama dengan pihak lain.

Pengertian Gaya Kerja

      Gaya kerja adalah kesatuan dari berbagai cara/ tindakan yang didasari oleh sistem nilai dan asumsi (SINA)  seseorang dan ditampilkan ketika ia melakukan hubungan kerja dengan orang lain. Ini berarti:
  1. Gaya kerja bukanlah tingkah laku tertentu, melainkan kesatuan tingkah laku yang mempunyai pola.
    Dua orang yang gaya kerjanya berbeda, bisa saja suatu saat menampilkan tingkah laku yang sama. Merokok adalah tingkah laku, bukan gaya kerja.
  1. Tingkah laku yang bukan merupakan bagian dari interaksi dengan orang lain tidak  dapat digolongkan sebagai gaya kerja.
      Berdansa dengan mengikuti gaya dan irama tertentu adalah tingkah laku  
      yang mempunyai pola, tetapi bukan gaya kerja.
  1. Gaya kerja bukan tingkah laku itu sendiri tetapi sebuah penyimpulan berdasarkan persamaan-persamaan yang muncul dalam tingkah laku konkret.
    Gaya kerja X misalnya, ditandai dengan cara bertanya yang berbelit-belit, cara menjelaskan yang tidak to the point, atau sebaliknya langsung pada objek permasalahan, penuh dengan argumentasi, dan lain-lain.
  1. Gaya kerja bukanlah kepribadian. Gaya kerja hanya sebagian dari kepribadian seseorang. Kepribadian meliputi seluruh aspek kehidupan seseorang seperti: intelegensi, bakat, minat, sifat, dan sebagainya.

      Dua orang dengan gaya kerja berbeda dapat memiliki minat yang sama, atau
     dua orang yang berbeda minatnya dapat saja memiliki gaya kerja yang sama.
  1. Gaya kerja bukanlah temperamen.
    Temperamen adalah kecenderungan seseorang untuk memberikan reaksi afektif tertentu. Temperamen umumnya bersifat tetap; gaya kerja mungkin berubah.
    Dua orang yang temperamennya sama, pemarah misalnya, dapat berbeda gaya kerjanya.
Elemen-elemen Gaya Kerja
  1. Mengkomunikasikan gagasan.
        2.  Mengkaji gagasan pihak lain.
         3.  Menangani keluhan.
       4.  Menolak permintaan.
       5.  Menyampaikan kritik.
       6.  Menyelesaikan konflik.
       7.  Mengambil keputusan.
Macam-macam Tipe Gaya Kerja

  1. Gaya Kerja Komandan
    Umumnya merasa benar sendiri; yakin bahwa ia tahu apa yang harus dikerjakan; berusaha memaksa orang lain mengikuti pendapatnya.
  1. Gaya Kerja Pelayan
    Memiliki keinginan yang kuat untuk disenangi orang lain; tidak tahan dimusuhi orang lain; berasumsi bahwa hubungan baik dengan orang lain selalu akan membawa keberuntungan; kepentingan pihak lain harus didahulukan.
  1. Gaya Kerja Bohemian
    Tak mau merepotkan & tak mau direpotkan orang lain; segan bekerja sama; lebih senang bekerja sendiri dan bertanggung jawab secara pribadi akan hasil pekerjaannya.
  1. Gaya Kerja Birokrat
    Sangat teliti dan memperhatikan prosedur dan peraturan; berusaha bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku;  pada dasarnya tidak ingin dipersalahkan pada kemudian hari; segala tindakannya memiliki dasar hukum.
  1. Gaya Kerja Manajer
    Berpegang pada slogan: “In a good negotiation, everybody wins.” Berusaha untuk mencapai yang terbaik bagi semua pihak; berasumsi bahwa jika semua pihak mendapat keuntungan, maka kepatuhan terhadap keputusan yang diambil akan kuat; orang akan lebih bergairah dalam mengerjakan tugasnya.

Perbandingan Ciri-ciri Gaya Kerja


(1) Dalam Hal Nilai dan Asumsi
      Gaya kerja pada dasarnya adalah pencerminan dari Sistem Nilai dan Asumsi (SINA). Bverikut adalah nilai dan asumsi yang umumnya dipegang oleh orang dengan gaya kerja masing-masing.
KOMANDAN:
     “Orang pada umumnya hanya memikirkan kepentingan pribadi dan kita harus berjuang –jika perlu dengan kekerasan—untuk memenangkan kepentingan kita.”  
     Kepentingan kelompok harus didahulukan daripada kepentingan perorangan.
PELAYAN:
     “Hubungan baik akan sangat membantu dalam menjalankan pekerjaan yang melibatkan orang lain. Kita harus menjaga perasaan orang lain.”
     Jika orang tidak senang kepada kita, pekerjaan kita akan banyak terhambat.
BOHEMIAN:
     “Tanpa saya dunia akan tetap berputar. Tidak ada gunanya repot-repot memikirkan kepentingan orang lain, mereka toh juga tidak memikirkan kepentingan saya.”
      Kepentingan perorangan harus didahulukan daripada kepentingan kelompok.
BIROKRAT:
     “Peraturan akan mengamankan segalanya, yang penting ikuti peraturan yang ada. Pada dasarnya orang mau mengikuti peraturan jika kita juga berpegang pada peraturan.”
     Yang paling penting dalam bekerja adalah memenuhi tanggung jawab kita sesuai dengan peraturan yang berlaku.
MANAJER:
    “Menenuhi kepentingan orang lain belum tentu merugikan kepentingan kita sendiri. Yang penting berusaha mencapai yang terbaik untuk semua pihak.”
     Usulan orang lain terkadang lebih baik daripada pendapat kita; karena itu ada baiknya memperhatikan usulan orang lain.

(2) Dalam Mengambil Keputusan
KOMANDAN:
   Mengambil keputusan yang dianggapnya terbaik tanpa peduli ada pihak lain yang tidak setuju dengan keputusannya. Berusaha menggunakan wewenang untuk memaksakan pendiriannya.
PELAYAN:
   Jarang mau secara tegas  mengambil keputusan yang ditentang oleh pihak lain. Dalam situasi perundingan yang dihadiri banyak orang, lebih suka jika keputusan diambil dengan pemungutan suara terbanyak. 


BOHEMIAN:
    Mengambil keputusan yang tidak merugikan kepentingannya, dan tidak tidak terlalu peduli apakah keputusannya disetujui atau tidak disetujui oleh pihak lain.
BIROKRAT:
    Jika merasa berwenang mengambil keputusan, maka ia cukup berani mengambil keputusan walaupun ada yang menentang. Putusan yang diambil berdasarkan peraturan yang berlaku.
MANAJER:
     Berusaha mengambil keputusan yang disepakati oleh semua pihak; berusaha menjelaskan akibat dari keputusan yang akan diambil; selalu mempertimbangkan berbagai alterbataif sebelum mengambil kesimpulan; mengontrol lebih jauh apakah pihak lain merasa puas dengan keputusan yang akan diambil. 

B. NEGOSIASI

Pengertian Negosiasi

    1. Proses yang melibatkan upaya seseorang untuk mengubah (atau tak mengubah) sikap dan perilaku orang lain.
    2. Proses untuk mencapai kesepakatan yang menyangkut kepentingan timbal balik dari pihak-pihak tertentu dengan sikap, sudut pandang, dan kepentingan-kepentingan yang berbeda satu dengan yang lain.

Pola Perilaku dalam Negosiasi:
    1. Moving against (pushing): menjelaskan, menghakimi, menantang, tak menyetujui, menunjukkan kelemahan pihak lain.
    2. Moving with (pulling): memperhatikan, mengajukan gagasan,  menyetujui, membangkitkan motivasi, mengembangkan interaksi.
    3. Moving away (with drawing): menghindari konfrontasi, menarik kembali isi pembicaraan, berdiam diri, tak menanggapi pertanyaan.
    4. Not moving (letting be): mengamati, memperhatikan, memusatkan perhatian pada “here and now”, mengikuti arus, fleksibel, beradaptasi dengan situasi. 

Ketrampilan Negosiasi:
    1. Mampu melakukan empati dan mengambil kejadian seperti pihak lain mengamatinya.
    2. Mampu menunjukkan faedah dari usulan pihak lain sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi bersedia mengubah pendiriannya.
    3. Mampu mengatasi stres dan menyesuaikan diri dengan situasi yang tak pasti dan tuntutan di luar perhitungan.
    4. Mampu mengungkapkan gagasan sedemikian rupa  sehingga pihak lain akan memahami sepenuhnya gagasan yang diajukan.
    5. Cepat memahami latar belakang budaya pihak lain dan berusaha menyesuaikan diri dengan keinginan pihak lain untuk mengurangi kendala.

Negosiasi dan Hiden Agenda:
    Dalam negosiasi tak tertutup kemungkinan masing-masing pihak memiliki hiden agenda.
    Hiden agenda adalah gagasan tersembunyi/ niat terselubung yang tak diungkapkan (tak eksplisit) tetapi justru hakikatnya merupakan hal yang sesungguhnya ingin dicapai oleh pihak yang bersangkutan.
Negosiasi dan Gaya Kerja
    1. Cara bernegosiasi yang dilakukan oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh gaya kerjanya.
    2. Kesuksesan bernegosiasi seseorang didukung oleh kecermatannya dalam memahami gaya kerja dan latar belakang budaya pihak lain.



Fungsi Informasi dan Lobi dalam Negosiasi
    1. Informasi memegang peran sangat penting. Pihak yang lebih banyak memiliki informasi biasanya berada dalam posisi yang lebih menguntungkan.
    2. Dampak dari gagasan yang disepakati dan yang akan ditawarkan sebaiknya dipertimbangkan lebih dulu.
    3. Jika proses negosiasi terhambat karena adanya hiden agenda dari salah satu/ kedua pihak, maka lobying dapat dipilih untuk menggali hiden agenda yang ada sehingga negosiasi dapat berjalan lagi dengan gagasan yang lebih terbuka.

Selamat belajar dan mencoba . . . . .
Semoga berhasil.

 CERIA DI TEMPAT KERJA



Bekerja tak selamanya menyenangkan. Ada saatnya Anda akan merasakan kerja sebagai beban. Saat mood semacam itu datang, bekerja bahkan seperti sebuah perbudakan. Maka yang Anda perlukan, adalah sebuah strategi agar bisa selalu bergembira dan ceria di tempat kerja.
Adalah tanggung jawab pribadi Anda, untuk menjadikan kantor dan pekerjaan sebagai dua hal yang membahagiakan. Sebab setengah dari usia Anda, mungkin akan Anda habiskan di sana. Berikut ini adalah tips untuk cerah ceria dan bergembira di tempat kerja, dari Susan M. Heatfield, seorang pakar HRD.

1. Pilihlah Untuk Bergembira
Bagian terbesar dari rasa bahagia dan senang, diciptakan oleh pilihan-pilihan. Maka, tetapkanlah pilihan untuk bergembira di tempat kerja. Galilah sisi positif dari tempat kerja dan pekerjaan Anda. Kabar baiknya, jika Anda mau sedikit mengalahkan ego Anda, maka Anda pasti bisa menemukan keceriaan dan kegembiraan.

2. Lakukan Apa Yang Anda Sukai
Lakukan apa yang Anda sukai dan senangi, setiap hari. Temukan apa yang Anda sukai dan senangi di tempat kerja Anda, pasti ada. Anda tidak akan mungkin merengut full time di sepanjang karir Anda. Anda pasti pernah tersenyum atau bahkan tertawa. Temukan itu kembali dan lakukan tanpa mengganggu produktifitas Anda. Apa yang Anda cari bukan pelarian melainkan esensi.

3. Ambil Alih Tanggung Jawab Self Development
Ingat selalu bahwa Anda adalah orang yang paling bertanggung jawab untuk pengembangan diri Anda. Sebab, Anda sendirilah manusia yang paling tertarik dengan diri Anda. Selain dengan belajar dan membaca, pola pengembangan diri yang terbaik untuk Anda adalah berinteraksi dan berkolaborasi dengan rekan kerja, atasan, bawahan, klien, dan kustomer Anda.

4. Ambil Alih Tanggung Jawab Informasi Situasi
Jangan menunggu informasi yang masuk tentang apa yang sedang berlangsung di tempat kerja. Setiap orang sibuk untuk mengurusi dan memberi informasi kepada Anda. Ambil alih tanggung jawab itu denganaktif menggali informasi. Aktifkan saluran komunikasi Anda, agar Anda bisa mengakses berbagai informasi yang bisa mempermudah pekerjaan Anda dan agar Anda bisa merencanakan dan mengatur produktifitas kerja Anda.

5. Aktif Meminta Masukan
Mintalah masukan kepada boss Anda. Pujian darinya tentang hasil kerja Anda adalah motivasi. Mintalah masukan kepada rekan kerja Anda, dan komentar mereka bisa menjadi pengakuan. Mintalah masukan dari kustomer Anda. Apa yang mereka katakan, bisa menjadi afirmasi. Jika Anda cermati, apa yang diungkapkan di sini sangat jelas menggambarkan bagaimana Anda patutnya bekerja.

6. Komitmen Hanya Pada Yang Disanggupi
Hati-hati mengatakan “ya”. Penyebab paling serius dari stress dan ketidakceriaan di tempat kerja adalah kegagalan memenuhi komitmen. Tips 1 sampai dengan tips 5 di atas, sangat membantu Anda untuk bisa makin sering mengatakan “ya”.

7. Hindari Negatif
Pembicaraan negatif, gosip negatif, orang negatif, manusia negatif, dan bahkan alat kantor negatif. Anda bisa stress dan frustrasi di buatnya. Negatif dan positif, adalah dua hal yang paling mudah menular.

8. Latih Keberanian Profesional
Pahami tuntutan keberanian di dalam profesi Anda. Latihlah diri Anda dalam menguasainya. Public speaking, meeting, organizing, dan bahkan berdebat atau berkompetisi secara sehat. Latihlah untuk segala hal di dalam dan di tempat kerja Anda. Termasuk jika hanya untuk futsal bersama, naik sepeda bareng, arisan, buka bersama, atau upacara.

9. Make Friends
Jawab ini,”Do you have a best friend at work?”Jika Anda telah memiliki satu saja teman baik di tempat kerja, itu sudah cukup untuk menceriakan Anda. Jika Anda belum punya, cari.

10. Jika Semua Itu Gagal
Jika Anda masih belum bisa ceria juga, evaluasi ulang kantor Anda, profesi Anda, dan keseluruhan karir Anda. Bisa jadi, Anda harus pergi. Maka, mulailah mencari. Dan pencarian ini, sudah cukup menggembirakan Anda. Sebab hidup dan kebahagiaan, adalah identik dengan harapan.

12 Jurus menyalakan SPIRIT MOTIVASI

 12 JURUS MENYALAKAN SPIRIT MOTIVASI



Buku-buku dan seminar tentang motivasi kini tumbuh subur bagaikan cendawan di musim hujan. Dan tengoklah bahasa bombastis dari iklan yang menyertai beraneka seminar itu : motivasi untuk mencapai sukses luar biasa..membangkitkan inner motivation Anda untuk meraih peak performance.……atau kalimat heroik lainnya.
Persoalannya, spirit motivasi yang bersifat permanan acap tak bisa diciptakan dengan metode sim salabim semacam itu. Seminar yang penuh yel-yel semangat itu mungkin bisa menciptakan sensasi motivasi yang meletup; namun dalam hitungan hari bisa langsung lenyap tak berbekas. Sebab, disini memang tak ada lampu aladin yang mendadak bisa merubah mental kerja sesorang dalam sekejap.
Lalu, ikhtiar apa yang mesti diusung untuk merajut bentangan proses motivasi yang lebih bersifat permanen? Dan bukan sekedar sensasi sesaat?
Kita mungkin bisa menjawab pertanyaan itu melalui sebuah konsep penting dalam motivasi kerja. Para ahli menyebut konsep ini sebagai “work engagement”. Inilah sebuah tema yang ingin melihat sejauh mana totalitas dan keterlibatan seseorang dengan pekerjaan yang ditekuninya. Sejauh mana ia melakukan persenyawaan dengan pekerjaan beserta dengan segenap dinamikanya.
Ada sejumlah indikator kunci yang bisa digunakan untuk melacak sejauh mana seseorang memiliki work engagement yang kokoh. GallupOrganization, sebuah lembaga riset human behavior terkemuka, telah merancang sebuah instrumen yang mereka sebut sebagai Q -12 untuk mengidentifikasi level engagement itu.
Instrumen Q 12 ini berisikan 12 pertanyaan (questions) yang layak kita eksplorasi disini.
1. Pertanyaan yang pertama adalah : Dalam pekerjaan Anda, apakah Anda mengetahui dengan jelas ekspektasi yang diharapkan dari Anda? Pertanyaan ini penting, sebab jangan-jangan selama ini Anda tak tahu persis apa tujuan dan harapan dari atasan mengenai hasil akhir pekerjaan yang diinginkan.
2. Apakah Anda dibekali dengan peralatan dan bahan yang tepat serta diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan Anda dengan benar? Kira-kira fasilitas kantor Anda sudah oke atau belum? Apakah komputer yang Anda pakai sudah kelas Dual Core atau masih kelas Pentium (pentium 2 lagi); apakah ruang kerja Anda sudah nyaman, atau sebaliknya, kumuh bak terminal bis?
3. Dalam menuntaskan tugas, apakah Anda diberi kesempatan dan didorong untuk mempersembahkan yang terbaik setiap harinya? Adakah atasan dan segenap lingkungan kantor secara simultan mendorong Anda to do your best every single day?
4. Dalam tujuh hari terakhir, apakah Anda pernah menerima pujian dan apresiasi atas tugas yang telah Anda selesaikan dengan sempurna? Jangan-jangan selama kerja puluhan tahun, Anda ndak pernah menerima secuilpun apresiasi dan pujian? Duh.
5. Apakah atasan atau rekan kerja menganggap Anda sebagai “a person” ? Mungkin Anda sendiri tahu maknanya, tanpa perlu dijelaskan.
6. Apakah di kantor ada seseorang yang care dan selalu meng-encourage pengembangan diri Anda? Atau Anda dibiarkan untuk melakoni rute panjang pengembangan diri itu sendirian. Dibiarkan mengembara dalam sepi dan kesunyian…
7. Dalam proses penyelesaian pekerjaan, Apakah opini dan pendapat Anda dihargai? Atau sebaliknya, dicuekin melulu (aduh capek deh….).
8. Apakah visi/misi perusahaan membuat Anda merasa bangga dengan tugas yang Anda kerjakan sekarang? Atau jangan-jangan Anda sendiri tak pernah tahu visi/misi perusahaan Anda. Hello……
9. Apakah segenap rekan kerja Anda memiliki komitmen untuk merampungkan pekerjaan yang berkualitas? Atau semuanya bekerja dengan semangat ala kadarnya saja.
10. Apakah Anda memiliki best friend di kantor? Ah, temen sejati gw sih cuman ada di Facebook, begitu mungkin hati Anda berbisik. Wah cilaka, kalo begitu.
11. Dalam enam bulan terakhir, apakah ada someone yang berbicara dengan Anda mengenai perkembangan ketrampilan Anda? About your progress?
12. Dalam setahun ini, apakah Anda memiliki sejumlah peluang to learn and grow? Tumbuh dan berkembang menjadi insan yang produktif nan termotivasi?
Itulah 12 pertanyaan kunci dalam Gallup Q-12. Jika Anda memberikan jawaban negatif lebih dari 10 pertanyaan diatas; kemungkinan Anda mengalami apa yang disebut “actively dis-enganged”. Kalau ada lebih dari 6 jawaban negatif berarti Anda merasa “dis-engaged”.
Kalau demikian, jangan hanya pasif belaka. Do something. Email-kan 12 pertanyaan kunci diatas kepada CEO atau HR Director di kantor Anda; dan kemudian bangunlah dialog untuk mencari solusi yang paling optimal. Sebab hanya dengan itulah, spirit motivasi Anda dan semua rekan kerja Anda bisa terus menyala.

Oke, salam semangat pagi teman !! Semoga hari ini, motivasi Anda semua bisa terus berkibar sepanjang hari !!

Kamis, 14 Januari 2010

MEMBANGKITKAN SPIRIT DALAM BEKERJA




Bekerja, mencapai prestasi tinggi dan diakui. Apa lagi yang bisa dilakukan ? Masih perlukah melakukan pengembangan diri? Jawabannya tentu saja, iya. Perjalanan karir tak ubahnya perjalanan hidup. Bekerja pada akhirnya, disadari atau tidak menjadi bagian yang penting dalam hidup. Meraih posisi puncak memanglah sulit. Namun mempertahankannya juga bukan urusan yang mudah. Dalam jalur mempertahankan hasil kerja, tentunya efektivitas kerja menjadi satu acuan dalam pelaksanaannya. Lalu bagaimanakah cara membangun kebiasaan efektif dalam kerja?

Kenali kemampuan dasar dan pembentukan kebiasaan efektif
Setiap orang pastinya telah memiliki sepaket kemampuan sebagai hasil dari mengolah pengalaman yang diterimanya dalam hidup. Namun, sebenarnya dalam diri kita terdapat kemampuan dasar yang mau tidak mau memang sudah ada pada diri kita, yaitu : kesadaran diri, imajinasi, kemauan, mentalitas berlimpah, keberanian yang disertai kesadaran, kreativitas, dan sifat pembaharu.
Tujuh kemampuan dasar tersebut akan sangat menguntungkan jika dapat dipergunakan sebaik-baiknya dengan menggunakan tujuh kebiasaan efektif, yaitu : bersikap proaktif, memulai dengan gagasan akhir dalam pikiran, mengutamakan yang pertama, berpikir menang-menang, berusaha untuk memahami terlebih dahulu, baru dipahami, membangun sinergi, mengasah gergaji.

Mengenali dan menerapkan kebiasaan efektif untuk mengoptimalkan kemampuan dasar
· Sikap proaktif adalah lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Sikap proaktif berawal dari kesadaran diri akan kelemahan dan keunggulan diri pribadi sehingga mampu memilih respon yang tepat, yang juga didasarkan pada tujuan yang ingin diperoleh dalam kehidupan dan nilai-nilai hidup yang dijadikan pegangan ketimbang pada suasana hati atau keadaan. Sikap tersebut diperlukan untuk menentukan keputusan atas segala permasalahan atau persoalan yang dihadapi, karena besar atau kecil persoalan yang ada tidak akan dapat diselesaikan jika tidak ditangani oleh pribadi yang dapat mengambil keputusan.
· Ketika mengawali suatu langkah, bayangkanlah (imajinasikanlah) seperti apa tujuan akhir yang akan dicapai. Memulai dengan gagasan akhir dalam pikiran dimaksudkan untuk menyusun strategi bagaimana caranya untuk dapat sampai di ujung jalan yang akan kita tuju. Bagaimana mewujudkannya menjadi sebuah kenyataan, tidak hanya bayangan. Dengan melatih diri untuk berimajinasi seperti itu, maka diri kita akan lebih realistis dan lebih mudah untuk memecahkan persoalan yang ada di depan mata.
· Kebiasaan efektif yang berikutnya adalah mengutamakan yang pertama. Membangun kebiasaan itu akan menimbulkan sikap untuk selalu hidup dalam keteraturan, disiplin, penuh tanggung jawab dalam menentukan prioritas dan kepentingan dalam hidup. Mereka yang tidak terbiasa mengutamakan yang utama, biasanya akan lebih aman untuk mengambil jalan pintas, bahkan menolak tanggung jawab sehingga yang terjadi adalah ketidakteraturan.
· Berpikir menang-menang adalah cara berpikir yang berusaha mencapai keuntungan bersama, dan didasarkan pada sikap saling menghormati dalam semua interaksi. Kondisi tersebut akan tercapai, jika pihak yang berhubungan tidak berpikir egois. Berpikir menang- menang mendorong penyelesaian konflik dan membantu masing-masing individu untuk mencari solusi-solusi yang sama-sama menguntungkan, yang artinya juga berbagi informasi, kekuasaan, pengakuan, dan imbalan.
· Keberanian untuk memahami terlebih dahulu merupakan kebiasaan empati, bukan simpati. Sikap memahami terlebih dahulu membutuhkan keberanian dengan pertimbangan lebih. Secara umum memang kebanyakan orang ingin dipahami lebih dulu dan inilah yang menjadi penyebab begitu banyaknya persoalan dalam hidup kita. Jika kita memulai dengan mendengarkan dengan seksama utuk memahami orang lain -ketimbang untuk menanggapinya- kita memulai komunikasi sejati dan membangun hubungan. Saat orang lain merasa dipahami, mereka merasa dihargai, mau membuka diri, sehingga peluang untuk berbicara secara terbuka serta dipahami terjadi lebih alami dan mudah.
· Membangun sinergi merupakan perwujudan dari kesadaran diri untuk bekerja sama yang didasari oleh watak pemurah. Sinergi adalah buah dari sikap saling menghargai, sikap memahami dan bahkan memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam mengatasi masalah serta memanfaatkan peluang. Kerja sama ini akan memberikan hasil kerja yang jauh lebih besar dari pada jumlah hasil kerja yang dilakukan secara sendiri-sendiri. Dan sinergi baru bisa diperoleh apabila masing-masing pihak mampu melihat perbedaan sebagai sumber berkah, yang dapat saling membantu mengurangi kelemahan pihak terkait.
· Penyebab munculnya kegagalan dalam menyelesaikan masalah yang disebabkan perubahan keadaan. Apa yang harus dikembangkan? Agar supaya kehidupan dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat maka kehidupan harus diperbaharui, inilah yang disebut dengan mengasah gergaji. Yaitu memperbaharui : 1). kemampuan otak berupa wawasan atau pengetahuan, 2). kemampuan sosial dalam berhubungan dengan orang lain, 3). keimanan Kepada Tuhan, dan 4). kesehatan dan kesegaran jasmani. Kebiasaan inilah yang meningkatkan kapasitas kita untuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan efektif lainnya.
Kebiasaan efektif dalam bekerja
Kebiasaan efektif tidak hanya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tetapi juga dalam dunia kerja. Ketika berhubungan dengan orang lain di tempat kerja, sesama rekan kerja ataupun atasan bawahan, selalu dihadapkan pada kondisi dan keadaan memutuskan sesuatu. Coba saja dibayangkan jika saat harus berhubungan dengan orang lain. Jika Anda bersikap reaktif bukannya proaktif, dalam artian tidak memiliki kemampuan memilih atau selalu dibentuk pihak luar, bukankah nantinya Anda akan bingung sendiri, karena besar kecilnya persoalan akan terlihat sama dan tidak ada prioritas jalan pemecahan yang tepat.
Membayangkan seperti apa nantinya hasil pekerjaan Anda bukan berarti Anda di”haruskan” melamun dengan imajinasi-imajinasi liar tak terarah. Saat Anda membayangkan akan naik jabatan akhir tahun, misalnya, maka Anda membuat rencana riil yang tentunya realistis agar tahun ini posisi Anda tidak lagi sebagai manajer tetapi top manajer. Caranya? Dengan mengatur strategi yang pas untuk mencapainya, -misalnya- merampungkan beberapa proyek yang sempat tertunda sesuai tenggat waktu yang diberikan, meningkatkan mutu dan jumlah penjualan perusahaan, dan lain-lain.
Tidak jarang Anda dihadapkan pada pembuatan keputusan yang seharusnya dapat menguntungkan semua pihak. Untuk itulah pembiasaan diri untuk berpikir menang-menang diperlukan. Pola pikir win-win solution dihasilkan oleh mental pribadi yang cerdas karena mereka mendapatkan rasa percaya diri, rasa aman, dari dalam diri mereka sendiri.
Sebelum meminta orang untuk memahami diri Anda, biasakan dengan memahami orang lain. Jka sebagai atasan, pahami karakter dan keinginan bawahan sehingga Anda tahu apa yang menjadi penyebab terjadinya konflik antar bawahan di perusahaan Anda, misalnya. Atau memahami karakter rekan kerja terlebih dahulu sebelum Anda memutuskan sesuatu jika sedang terlibat konflik dengan rekan kerja Anda.
Perbedaan bukanlah penghalang untuk dapat berkerja sama. Karakter dari sinergisitas adalah terwujudnya saluran komunikasi di antara pihak-pihak yang terlibat untuk menemukan kompromi dan kerja sama. Dengan adanya sinergisitas dari berbagai keahlian dan karakter individu yang berbeda dalam suatu perusahaan maka tujuan dan visi serta misi perusahaan akan lebih mudah tercapai. Karena semua pihak yang terlibat telah dapat melihat bahwa perbedaan merupakan sumber berkah, yang saling membantu mengurangi kelemahan pihak terkait.
Kemampuan diri tidak akan ada gunanya jika hanya didiamkan begitu saja. Rajin-rajin untuk mengembangkan diri seperti layaknya mengasah gergaji merupakan upaya pembaruan diri. Pembaruan ini dapat berupa inovasi, motivasi, ataupun pembelajaran. Bukankah kehidupan itu melangkah ke depan sehingga diperlukan inovasi dan kreativitas baru yang dapat menghindarkan diri kita dari istilah ketinggalan jaman?

Tips membangun kebiasaan efektif dalam bekerja
· Kenali diri sendiri, menjadi langkah awal untuk bisa memahami kondisi luar atau orang lain.
· Melatih imajinasi agar lebih terarah sehingga harapan, visi, dan misinya tidak mudah tergoda pihak luar.
· Ikuti aturan yang ada, secara tertulis maupun tidak tertulis aturan tetaplah aturan. Suka tidak suka itulah yang menjadi aturan di perusahaan tempat Anda bekerja. Jika memang Anda merasa ada hal-hal yang harus diperbarui dalam aturan tersebut, sampaikan dengan cerdas. Berikan alasan-alasan yang tepat atas pembaruan yang Anda ajukan. Jika tidak berhasil berarti Anda yang harus menyesuiakan diri dengan aturan yang ada.
· Terus belajar, untuk meningkatkan kemampuan diri. Teruslah membuka diri untuk menerima informasi atau pengetahuan baru, gunakan sarana yang ada untuk belajar dan meningkatkan kemampuan Anda.
· Menghargai perbedaan sebagai sumber untuk melakukan kerja sama demi kemajuan perusahaan.
· Rendah hati bukannya rendah diri, membiasakan untuk berempati pada orang lain, menerima kelebihan orang lain.

Tetaplah semangat dan tak lelah untuk belajar. Semoga sukses senantiasa mengiringi Anda!